Solarbox, Semangat Kota London Usung Energi Bersih

Diposting oleh HIMATEM | Selasa, Desember 02, 2014 | , | 0 Komentar »

Solarbox memanfaatkan tenaga surya. Padahal London kota yang kerap diselimuti mendung dan cuaca tak menentu.

Beberapa surat kabar lokal mengabarkan soal ikon baru bagi Kota London, yaknisolarbox. Sebuah fasilitas umum gratis pengisian baterai gawai yang dikemas berupa boks, menyerupai boks telepon umum merah yang legendaris.

Turis di London, terutama yang baru pertama kali, selalu berusaha berfoto bersama boks telepon umum bercat merah, yang saat ini hanya berfungsi sebagai ornamen kota.

Kini, amat jarang kita bisa melihat telepon umum itu digunakan oleh publik. Meski, teleponnya sendiri masih berfungsi baik—walaupun kadang tercium bau pesing di dalam boks.

Solarbox tampil dalam cat hijau terang dengan desain menyamai versi boks merah. Sesuai namanya, solarbox memanfaatkan tenaga surya. Niat yang mulia mengingat London kerap diselimuti mendung dan cuaca tak menentu.

Beberapa solarbox gelombang pertama hadir per 1 Oktober lalu di kawasan Tottenham Court Road, di pusat kota.

Kawasan ini juga mudah dijangkau dengan tube melalui jalur central line berwarna merah. Tepat di mulut keluar masuk stasiun tube di Tottenham Court Road, solarbox berdiri berdampingan dengan saudara tuanya: the red telephone box. Boks telepon merah tersebut telah identik dengan negeri Inggris sejak tercipta di tahun 1924.

Di dalam solarbox, kita bisa mengisi ulang baterai untuk segala macam gadget, seperti telepon seluler, tablet, dan kamera, dengan aneka ukuran mulut USB.

Kita tinggal menancapkan kabel USB yang tertanam di dalam boks pada ponsel kemudian menunggu beberapa menit. Pengisian baterai selama sekitar 10 menit dapat memenuhi baterai ponsel hingga 20 persen.

Solarbox mungkin menjadi cermin semangat kota ini untuk mengusung energi bersih.
Hanya saja, nyatanya jalanan London kini kian dipenuhi mobil berbahan bakar fosil.
”London sekarang makin macet. Pagi dan sore, bisa habis waktu kita di jalanan. Mungkin karena makin banyak pendatang,” keluh Gulam, warga London asal Pakistan yang bekerja sebagai sopir pribadi.

(Sarie Febriane, Kompas)

0 Komentar

Posting Komentar