LIPI Kembangkan Baja Unggulan Untuk Kemandirian Industri Baja

Diposting oleh HIMATEM | Minggu, Desember 21, 2014 | | 0 Komentar »


Tujuan pengembangan dari baja laterit ini untuk membangun kemandirian industri baja nasional dan menjadi produsen baja unggul untuk pasar global.

LIPI Kembangkan Baja Unggulan Untuk Kemandirian Industri Baja
Diskusi Publik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia terkait pengembangan baja unggulan di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (17/12). (Nurul Kusumawardani)
Pusat Penelitian Metalurgi dan Material Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil mengembangkan baja yang memiliki kualitas unggul berbasis limonit (biji nikel kadar rendah) yang menjadi solusi lain bahan baku baja yang selama ini masih mengandalkan biji nikel kadar tinggi.

Kepala LIPI Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain mengatakan proses pengolahan kandungan nikel kadar rendah melalui inovasi tersendiri sehingga menghasilkan sifat baja yang unggul. “Baja itu memiliki tiga keunggulan seperti memiliki kekuatan, lebih tahan terhadap korosi, dan lebih mudah untuk dilakukan pengelasan.,” katanya saat Diskusi Publik di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (17/12).

Selain itu, Indonesia masih mengimpor baja lunak dari Brazil dan butuh waktu selama 3 bulan untuk sampai di Indonesia. Padahal Indonesia memiliki sumber daya mineral yang kaya. Secara geologi nikel terdapat di bagian tengah sampai timur Indonesia.

Bijih nikel kadar rendah ini diperoleh melalui endapan bijih besi laterit yang merupakan lapisan atas dari bijih nikel kadar tinggi. Lapisan ini mengandung besi yang lebih tinggi dan kandungan nikel yang rendah serta ketersediaan bijih nikel rendah jauh lebih banyak bahkan diperkirakan jumlahnya mencapai milyaran ton di Indonesia.

Terdapat dua tujuan pengembangan dari baja laterit ini, pertama membangun kemandirian industri baja nasional. Kemandirian berarti membangun bahan baku lokal, baik dalam hal bijih besi maupun kokas sebagai sumber energi. Tujuan kedua untuk menjadi produsen baja unggul untuk pasar global.

Menurut Iskandar, nantinya akan ada uji coba produksi untuk 100 ton pertama, kedua uji coba 100 ribu ton, selanjutnya untuk skala komersil.

Sementara, Dr. Ing. Andika Widya Pramono, M.Sc, Kepala Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI mengatakan bahwa kekuatan baja unggul hasil pengolahan tersebut sudah jauh lebih baik dari baja lunak yang ada di pasaran serta masih dapat ditingkatkan lagi kekuatannya.

Pengembangan baja unggul berbasis laterit dapat dipilah ke dalam dua bidang utama yaitu pengembangan teknologi dan pengembangan komersial.

Peneliti senior LIPI di Pusat Metalurgi dan Material Dr. Yusuf mengatakan bahwa nikel mempunyai sifat positif, “Kalau minimal kadar nikelnya 1 ½ persen nikel itu mempunyai sifat positif. Kebetulan baja yang nikelnya 1 ½ persen sangat mudah dihasilkan dari bijih limonit,” ujarnya.

(sumber: http://nationalgeographic.co.id/,Nurul Kusumawardani)

0 Komentar

Posting Komentar