Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Air (Hidro Power)

Diposting oleh HIMATEM | Rabu, Oktober 22, 2014 | , | 0 Komentar »



Tenaga air adalah salah satu alternatif bahan bakar fosil yang paling umum. Tapi, selain menawarkan keuntungan yang signifikan atas sumber energi fosil seperti minyak dan batu bara, PLTA juga menimbulkan beberapa masalah serius.

Apakah PLTA itu?
Air telah digunakan sebagai sumber energi di hampir setiap peradaban sejak zaman kuno. Orang Mesir memanfaatkan Nil untuk irigasi, dan orang Romawi menggunakan penggilingan bertenaga air untuk menggiling gandum. Dewasa ini, kita menggunakan berbagai metode untuk mengubah tenaga air menjadi listrik, dengan sekitar 16% dari energi global berasal dari sumber listrik tenaga air.

Bendungan hidroelektrik: Bendungan adalah hal yang paling cepat muncul di benak ketika kita mendengar tentang listrik tenaga air. Dinding-dinding raksasa beton membendung sungai untuk membentuk danau buatan yang besar dan kemudian memindahkan jalur air melalui saluran sempit untuk menggerakkan generator listrik. Semua pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia adalah bendungan konvensional, termasuk Three Gorges Dam di China dan Grand Coulee Dam di Washington (pembangkit hidroelektrik terbesar di AS).

Bendungan terbesar di dunia - Itaipu, yang berada di wilayah Brazil dan Paraguay - menghasilkan lebih dari 90.000 GWh pada tahun 2001: cukup untuk memberi energi bagi lebih dari 10 juta rumah!

Meskipun bendungan hidroelektrik disukai karena mereka tidak bergantung pada bahan bakar fosil (dan karenanya tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca), mereka mengakibatkan masalah lingkungan tersendiri yang serius. Bendungan bekerja dengan menghentikan aliran sungai untuk membuat reservoir, yang sangat merusak ekosistem alami. Selain mencegah pergerakan satwa liar ke atas dan/atau ke bawah sungai, bendungan mengubah aliran alami di daerah hilir selain menciptakan danau baru di daerah hulu. Singkatnya, seluruh ekosistem sekitar bendungan dirombak, mendatangkan malapetaka pada kehidupan tanaman dan binatang lokal. Three Gorges Dam, misalnya, terletak di salah satu daerah yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati di China dan ratusan spesies telah terkena dampak negatif, mulai dari lumba-lumba sungai yang terancam punah hinga mengganggu migrasi bangau siberia. Dampak langsung juga dirasakan manusia, banyak anggota masyarakat  yang harus dipindahkan untuk mengakomodasi bendungan hidroelektrik konvensional.

Pumped storage: Air juga dapat digunakan untuk menyimpan energi. Air dipompa menggunakan, listrik off-demand untuk memindahkan air ke waduk (sebagai fasilitas penyimpanan), yang kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik saat periode permintaan puncak. Fasilitas pumped storage memiliki kesamaan desain dengan bendungan konvensional dan menciptakan masalah lingkungan sama banyaknya.

Run-of-the-river: Pembangkit jenis ini menciptakan energi dengan cara yang hampir sama seperti bendungan konvensional, tetapi mereka tidak memerlukan pembangunan waduk buatan yang besar. Sebaliknya, fasilitas ini menggunakan aliran alami sungai untuk menghasilkan listrik, yang membuat mereka lebih sedikit mengganggu lingkungan. Namun, hal ini juga berarti bahwa mereka dapat terganggu oleh perubahan alam, bila terjadi perubahan aktivitas sebuah sungai akibat musim kering atau hujan deras, sehingga mereka kurang handal dibandingkan bendungan konvensional.

Energi pasang surut dan gelombang: Karena bendungan hidroelektrik konvensional dapat menyebabkan begitu banyak masalah lingkungan, orang telah mencari cara baru untuk memanfaatkan kekuatan air. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan tenaga pasang surut, yang menggunakan aliran alami air saat terjadi gerakan pasang untuk menghasilkan listrik. Pembangkit listrik pasang surut yang kecil telah digunakan sejak tahun 1960-an, tetapi biaya yang tinggi dan sulitnya mencari lokasi yang cocok telah memperlambat perkembangan teknologi ini. Listrik tenaga gelombang beroperasi dengan cara yang sama dengan PLTA konvensional, menggunakan tenaga gelombang untuk mengoperasikan turbin untuk menciptakan listrik. Pada saat ini, teknologi ini masih dalam tahap percobaan , tetapi kita bisa berharap banyak bahwa teknologi ini dapat terbukti menjadi alternatif yang bagus untuk tidak hanya bagi bahan bakar fosil, tetapi juga bagi PLTA konvensional yang dapat mengganggu lingkungan.

PLTA dan Kehidupan Kita
Tidak peduli berapa banyak daya listrik yang kita gunakan yang berasal dari PLTA, dampak lingkungan dari bendungan hidroelektrik merupakan isu yang mempengaruhi kita semua. Dan untuk mendukung gerakan energi berkelanjutan, sangat penting bagi kita untuk tidak hanya mengenali aspek penting PLTA sebagai alternatif bahan bakar fosil, tapi juga mengkritisi pula gangguan pada lingkungan yang diakibatkannya.

sumber : http://www.indoenergi.com/

0 Komentar

Posting Komentar